Jokowi dan Keamanan Ontologis

Features2950 Dilihat

Pembubaran HTI dan FPI menjadi buktinya, meskipun di lapangan, perilaku intoleransi tak serta merta mereda. Jokowi menjadi sosok yang dianggap mengembalikan pentingnya rasa aman dalam kehidupan sosial, terutama bagi kalangan minoritas (Non-Muslim).

Anthony Giddens mendefnisikan tentang keamanan ini sebagai rasa keteraturan dan keberlangsungan yang terkait dengan pengalaman individu, yang bergantung pada kemampuan individu tersebut untuk memberi makna pada hidupnya.

Makna ditentukan oleh pengalaman emosi yang bebas dari kecemasan dan kekacauan. Kecemasan dan kekacauan akan mengancam keamanan ontologis individu tersebut.

Keamanan ontologis adalah keamanan diri dan perasaan subyektif, yang memungkinkan dan memotivasi tindakan dan pilihan seseorang. Rasa aman ini harus relatif stabil. Keamanan ontologis berbicara tentang pengalaman masa lalu, juga persepsi tentang masa depan.

Maka, dalam situasi tertentu, rasa aman akan menjadi panglima, mengalahkan hal-hal lainnya, termasuk prinsip-prinsip berdemokrasi. Apalagi jika pengalaman kehidupan demokrasi (masa lalu dan masa kini) tak mampu menyediakan rasa aman ini.

Naluri alamiah manusia mengatakan rasa aman jauh lebih penting daripada demokrasi. Jika selama ini kalangan Non-Muslim dipersekusi oleh kelompok-kelompok intoleran, maka baru pada kepempimpinan Jokowi, mereka bernafas lega atas kemungkinan hidup dengan rasa aman.

Baca Juga :   Peduli Keselamatan Warga, Polisi Raih Prestasi

Selain Jokowi (dan Ahok), tokoh politik dan partai politik tertentu dikenal dekat dengan kelompok-kelompok intoleran, atau dipersepsikan publik melakukan pembiaran terhadap tumbuh kembangnya kelompok-kelompok tersebut.

Jika ada Non-Muslim yang menjadi pendukung tokoh dan partai politik yang dekat dengan kelompok intoleran, hakekatnya juga bicara soal rasa aman. Dekat dengan kelompok pelaku kekerasan, salah satu tujuannya, agar tak menjadi sasaran kekerasan.

United Nations Development Program (UNDP) mendefinisikan keamanan sebagai bebas dari ancaman kelaparan, penyakit, penindasan, serta adanya perlindungan dari gangguan dalam kehidupan sehari-hari, yang dikemas dalam frasa bebas dari rasa takut (freedom from fear) dan bebas dari kekurangan (freedom from want). UNDP mengelompokkan ancaman ini ke dalam tujuh kategori keamanan: komunitas, ekonomi, lingkungan, makanan, kesehatan, pribadi, dan politik.

Komentar