Taktik ini sejalan dengan yang dikatakan Noam Chomsky dalam Politik Kuasa Media. Bahkan untuk wacana tes mengaji pun, bukan Jokowi yang dibicarakan, tapi Prabowo. Muncul pro kontra apakah Prabowo bisa mengaji atau tidak.
Kedua, mencari dukungan publik seluas-luasnya. Ada beberapa strategi yang dipakai, yang paling ampuh di Indonesia adalah strategi playing victim. Dikuyo-kuyo atau mengambil posisi sebagai korban, yang lemah yang tertindas, menjadi terminologi terkenal ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertarung melawan Megawati Soekarnoputri sebagai petahana. Publik bersimpati, dan SBY menang.
Peristiwa Jokowi dikuyo-kuyo Bibit Waluyo perihal bekas pabrik es di Solo juga muncul ketika Jokowi bertarung di Jakarta, dan lagi, saat Bibit Waluyo bersaing dengan Ganjar Pranowo di Pilgub Jateng 2013 silam.
Bibit Waluyo adalah Gubernur petahana yang periode sebelumnya maju sebagai kader PDI Perjuangan. Strategi dikuyo-kuyo ini dipercayai banyak pihak sebagai hal yang masih ampuh untuk memperoleh simpati khalayak.
Apakah strategi playing victim ini sedang (dan akan) diduplikasi oleh Ganjar Pranowo? Kita lihat saja nanti. Sekarang yang perlu kita perhatikan adalah menelisik kebiasaan partai politik yang menaunginya, sekaligus untuk menjawab, apakah kisruh ini akan memberi ganjaran menguntungkan bagi seorang Ganjar Pranowo?
Komentar