1,4 Hektar Tanah Warga, Tertutup Air Danau Baru

Berita Kota1238 Dilihat

KUPANG – Badai siklon Seroja yang melanda NTT periode 4 – 6 april 2021 meninggalkan pekerjaan rumah (PR) yang cukup berat bagi warga yang terdampak. Salah satunya bagi warga kelurahan Sikumana.

Ida Kamaulang-Lakapu, warga RT 14/RW 06 Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa menjelaskan kepada kupangterkini.com Selasa (20/4/21) bahwa, mata air yang keluar tepat di samping rumahnya itu saat badai terjadi (4/4) hingga sekarang. “Awalnya debit airnya belum sebesar sekarang, karena tertutupi dengan pohon pisang yang tumbang, nah saat suami saya mencabut pisang tersebut barulah mata airnya membesar hingga sekarang,”jelasnya.

Perlahan-lahan airnya terus mengalir dan membentuk danau yang cukup besar. “Mungkin sekitar dua hektar lebih menutupi lahan pertanian warga,”tambahnya.

Ketika menemui dua orang pemilik lahan yang sudah menjadi danau tersebut menyatakan, mereka cukup kesusahan dengan lahan pertanian yang sudah menjadi danau tersebut. “Kami selama ini bergantung hidup pada lahan yang sudah menjadi danau tersebut,” ujar Simon Asanab, warga RT 14/RW 06 kekurahan Sikumana.

Baca Juga :   Pengungsi Sudah Kembali, Bantuan Tetap Diberikan

Sedangkan menurut Hendrik Lassa yang juga lahannya tertutupi danau tersebut mengatakan kalau daerah tersebut dijadikan tempat pariwisata ia tidak setuju dan menolaknya. “Lahan yang menjadi danau tersebut selama ini difungsikan untuk menanam sayur mayur serta palawija, lahan yang menjadi tempat kami menggantungkan hidup,”ucapnya.

Simon Asanab mempunyai lahan seluas satu hektar, sedangkan Hendrik Lassa mencapai 40 are. “Jika begini terus kami jelas susah, karena hidup kami bergantung pada lahan tersebut,”jelas Hendrik.

Kami sudah menginformasikan hal tersebut kepada pemerintah. “Kami berharap semoga ada solusi untuk menyelesaikan masalah yang ada ini,”lanjutnya.

Karena jika mata air yang ada tidak di buat saluran untuk dialirkan maka bisa bertambah luas danau yang terbentuk. “Saat ini saja bahkan sudah nyaris masuk kerumah dan debit airnya makin bertambah,”ujar Hendrik.

Kedua menolak jika dijadikan tempat pariwisata. Bagi sebagian orang mungkin ini fenomena langka yang bisa menjadi sebuah tempat untuk berwisata dan berswa-foto ria. “Namun kami ini yang merasakan dampak langsung secara ekonomis mengalami kerugian,”tandasnya.

Baca Juga :   Jalan Berlubang, Semalam Empat Pemotor Terjungkal

Laporan: yandry imelson.

 

Komentar