Saya melihat bahwa sampah plastik bekas, selalu dibakarnya. Saya menyarankan agar asap sampah plastik bisa menyebabkan steril dan kanker. Berkali-kali saya ingatkan tetap tidak digubris. Memang warungnya kelihatan bersih karena semua plastik bekas disapu, dikumpulkan untuk dibakar. Waktu sebelum jualan ia lancar menjual anak babi, pendapatan seperti pegawai negeri karena seekor babon akan beranak dua kali setahun. Ini berarti dengan enam babon setiap bulan ia berhasil menjual anak babi.
Sejak keponakan saya membakar plastik bekas, babinya tidak kunjung beranak alias semua menjadi gemuk namun steril. Usahanya merugi dan akhirnya semua induk pun turut dijual. Fakta inipun tidak membuatnya jera. Setiap sore mereka tetap mengumpulkan plastik untuk dibakar. Maklum di daerah itu udaranya sangat dingin, cukup nyaman memanaskan badan di dapur, dan plastik sangat cepat dapat menghasilkan api. Sore harinya ia diam di dapur sementara sang istri asyik jualan di warung.
Beberapa bulan setelah babinya steril, yang laki jatuh sakit. Usai konsultasi ke dokter ternyata sakitnya karena dipapar kanker. Berbagai pengobatan dilakoni, ternyata penyakitnya semakin menjadi-jadi. Saya berpendapat, dengan membakar plastik gen kankernya menjadi aktif berubah dari OFF menjadi ON yang menyebabkan antibodi kalah melawan gempuran kanker. Di banyak bagian tubuh, muncul benjolan mengganas tak terbendung dan akhirnya ia menghembuskan nafas di pangkuan saya. Sungguh sangat menyakitkan. Sekarang tidak ada lagi yang membuatkan bokashi berskala besar. Film aktifitas di Desa Pengotan bersama keponakan sering saya putar di IPSA apabila ada latihan, sekarang tinggal kenangan.
Komentar