KUPANG – Ditetapkannya Leonardus Lelo menjadi ketua DPD Demokrat NTT oleh DPP menggantikan Jefri Riwu Kore masih menyisakan tanda tanya besar. Jefri sebagai pemegang suara terbanyak dalam Musda partai berlambang Mercy tersebut juga merasa aneh dengan keputusan DPP.
Seperti disampaikannya kepada media saat pulang dari Jakarta Jumat (7/1/22) bahwa dirinya sudah sejak Mei 2003 masuk ke Partai Demokrat. Pada 2004, ikut berjuang dalam deklarasi SBY – JK di Jakarta Convention Center.
“Jadi saya sudah cukup lama berjuang di Partai Demokrat sejak 2003 dan 2004 saya dipilih untuk memasang Pak SBY. Teman – teman semua, dengan lamanya bekerja berjuang bersama Demokrat, saya juga tahu seluk – beluk apa yang terjadi di Demokrat itu sendiri,” ucap Walikota Kupang itu.
Jefri melanjutkan bahwa, dirinya masih cinta terhadap sosok SBY. “Beliau adalah orang yang bisa dijadikan contoh dalam kehidupan ini dan mengambil keputusan,” ungkapnya.
Kemudian, ia juga mengucapkan terimakasih kepada Demokrat yang sudah membesarkan namanya. “Mulai dari DPR RI dua periode dan juga menjadi Walikota yang diusung partai Demokrat,” ungkap Jefri.
Lebih lanjut, Jefri mengatakan bahwa dalam konteks pemilihan di DPD demokrat, berdasarkan hasil pemilihan ia mendapat perolehan suara melebihi dari calon yang lain (Leonardus Lelo) 12 banding 11. “Dimana – manapun orang, anak kecil pun tau kalau 12 itu pasti menang,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa karena keberadaannya yang sudah lama di partai Demokrat ia mengetahui mungkin saja ada tekanan kepada ketua umum dalam memberikan keputusan. “Keputusan yang sangat saya sedih, dalam situasi ini harusnya ada keputusan yang lebih fair dalam mengambil keputusan,” ungkapnya.
Jefri yang didampingi istrinya, Hilda Manafe, juga mengisyaratkan bahwa dirinya lebih pantas memimpin Demokrat NTT. “Saya pikir, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap calon yang lain (Leonardus Lelo) kami punya integritas dan keunggulan yang jauh dibandingkan dengan yang lain,” ucap Jefri yang dibenarkan simpatisannya.
Jefri juga menghimbau kepada simpatisannya yang pasti kecewa dengan keputusan DPP agar tidak membuat gaduh. “Sebagai kader kita harus menerima itu semua, kita harus tenang dan juga tidak membuat keributan,” himbaunya.
Terakhir, tuntutan simpatisan yang menginginkan Jefri mundur atau keluar dari Demokrat dijawabnya dengan mengatakan berikan waktu untuknya berpikir. “Saya minta kepada teman – teman memberikan waktu berpikir, mengkaji terkait situasi, kondisi dan saya juga akan mempertimbangkan secara matang untuk keluar dari Partai Demokrat,” tandasnya.
laporan : yandry imelson
Komentar