DENPASAR – Pertolonganku adalah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Itulah kutipan kitab mazmur pasal 121 yang dipakai Pdt (Em) Ana Hamidah Hamid, S.Th saat memberikan khotbah dalam kebaktian pengucapan syukur di rumah Zet Wadu, Sabtu (23/1/21) sore.
Puluhan orang dari sektor Zaitun, jemaat GPIB Maranatha Denpasar, bersama keluarga dan teman-teman pramugari berdarah Sabu itu mengelar doa untuk almarhumah. Sejumlah kidung pujian dilantunkan dalam kebaktian yang berlangsung sejam lamanya.
Zet Wadu bersama isterinya, Ni Luh Sudarmi mengikuti kebaktian dengan khusuk. Mengenakan kemeja batik berwarna coklat, Zet Wadu duduk disisi isterinya hingga usai kebaktian.
‘’Beta (Saya) sudah ikhlas menerima kenyataan ini. Semula memang tidak bisa menerima tapi akhirnya harus ikhlas melepas kepergian anak perempuan ini,’’ kata Zet kepada kupangterkini.com usai kebaktian. Sementara, ibunda Mia tak mengeluarkan sepata katapun. Dia hanya melempar senyum dari balik masker yang dikenakan sambil merapatkan kedua telapak tangan di dada.
Sebelum kebaktian dimulai pihak keluarga meminta terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu pengurusan jenazah Mia Tresetyani dari awal hingga penguburan. Bantuan moral maupun materil itu tak bisa dibalas oleh keluarga Wadu.
Sebelumnya pada, Kamis (21/1/21) sekitar pukul 12.00 Wita pramugari cantik berdarah Sabu, NTT, korban jatunya pesawat Sriwijaya Air, dimasukan liang lahat di Mumbul, Badung. Waktu penguburan ini sama persis dengan rencana almarhumah saat masih hidup. Kepada sang ayah, Mia berencana mengambil cuti pada 21 Januari 2021.
Pemberitahuan soal cuti itu dilontarkan pada akhir Desember tahun lalu. Alasannya saat penghujung tahun, traffic penerbangan tinggi sehingga memilih melaksanakan tugas. Dan mengatakan kalau selama masa cuti, ingin tinggal di rumah bareng seorang teman sesame pramugari. Karena itu dia mengirimkan duit kepada sang ayah untuk biaya memperbaiki dapur dan kamar mandi.
Zet wadu kepada mengakui, perbaikan dapur dan kamar mandi atas permintaan putri tunggalnya. Tiap menelpon sang ibu Ni Luh Sudarmi, Mia selalu bertanya soal perkembangan perbaikan itu. (shitri satria)
Komentar