Majelis Gereja Lanud, Tuntut Sekretaris Sinode Minta Maaf

Berita Kota3210 Dilihat

KUPANG – Permasalahan yang terjadi di jemaat gereja Lanud El Tari belum juga selesai. Kabar terbaru, majelis jemaat gereja itu memberi peringatan (Somasi) kepada sekretaris Sinode GMIT, Pdt Yusuf Nakmofa, M Th karena dianggap mengeluarkan pernyataan tidak benar yang disampaikan lewat portal ini, pada 27 Maret 2021 lalu.

Penatua gereja Lanud El Tari, Cristofel Koten kepada kupangterkini.com, Jumat (16/4/21) mewakili majelis jemaat yang mengalami tindakan tidak menyenangkan serta intimidasi pada saat mempersiapkan kebaktian Minggu (21/3) meminta Pendeta Yusuf agar menarik semua pernyataannya. Dalam surat yang diberikan ke sinode mereka menjelaskan bahwa, telah terjadi pemutar balikkan fakta.

‘’Bagaimana mungkin mutasi Pdt Aplyana ke GMIT Lanud tidak berkoordinasi dengan Sinode, lalu SK-nya diterbitkan oleh siapa,’’ tanya mereka dalam klarifikasi tersebut.

Penyebutan nama lengkap dan jelas Pendeta Apliana adalah sebuah tindakan pelanggaran. Karena itu, dengan tegas meminta Pendeta Yusuf sesegera mungkin melakukan klarifikasi.

Baca Juga :  Wawali Tinjau Tim Isolasi Mandiri

Dengan menarik pernyataan dan meminta maaf akibat penyebutan nama Pendeta Apliana secara terang-terangan di media online. Karena hal tersebut mencederai yang bersangkutan dan keluarganya.

Menurut mereka, pada 9 Januari 2019 di ruang kerja ketua sinode, terjadi pertemuan antara MJH, BP3J tahun pelayanan 2016-2019 serta tim delapan Lanud El Tari dengan Ketua Sinode GMIT Pdt Merry Kolimon dan Sekretaris Pdt Yusuf Nakmofa.

Dalam pertemuan tersebut tidak lagi membicarakan tentang cuti atau surat cuti Pdt Apliana tetapi menetapkan empat agenda kesepakatan yaitu, pengembalian uang Rp 75 juta ke GMIT Lanud El Tari Penfui, pengawasan BP3S ke GMIT Lanud El Tari Penfui sehubungan dengan penetapan range yang sesuai aturan, pembayaran gaji pokok Pdt Apliana Boboy- Kalegotana, S.Si, MH selama empat tahun yang belum dibayarkan oleh majelis sinode serta mutasi untuk penempatan Pendeta Apliana.

Makanya terlihat ada pengalihan masalah dengan pernyataan kubu-kubuan jemaat. Masalah Lanud sudah sejak 2013, sementara Pdt Ishak Batmalo, STh baru datang di Lanud tahun 2020. Dan majelis jemaat Lanud telah menolak penempatan tersebut.

Baca Juga :  Sinode GMIT Resmi Minta Maaf Kepada Korban

Bersamaan dengan penyerahan surat peringatan itu, Christofel juga memberikan kronologis terkait kisruh yang terjadi gereja itu. Bahwa saat kejadian pukul 06.05 Wita, dirinya dipercayakan oleh anggota majelis jemaat untuk menginformasikan kepada Pendeta Ishak agar menahan diri dalam pelayanan. Alasannya, karena sejak (01/3) majelis jemaat periode 2020 – 2023 sudah mengembalikan ke Sinode GMIT dan sudah mengundang pendeta tamu untuk memimpin kebaktian Minggu (21/3).

Setelah informasi disampaikan, Christofel kembali ke ruang konsistori untuk mempersiapkan pelayanan kebaktian utama pertama pukul 07.00 Wita. Selang 10 menit kemudian, Pdt Hengki Malelak, S Th sebagai pendeta tamu datang dan mempersiapkan diri. Menyusul kemudian Pendeta Ishak datang dan berdiri di pintu sekretariat, begitu disapa pendeta Hengki, tidak menjawab apapun.

Baca Juga :  Posting Tindak Kekerasan Anggota TNI – AU di Gereja, Minta Maaf

Pukul 07.15, Pendeta Hengki dan majelis yang bertugas hendak melakukan do’a konsistori serta mengajak Pendeta Ishak untuk ikut berdo’a bersama, namun beliau menolak. Setelah do’a selesai, majelis yang bertugas masuk ke ruang gereja untuk menjemput jemaat memulai kebaktian dengan membakar lilin di meja depan mimbar.

Bersamaan dengan itu juga, beberapa anggota jemaat yang menolak keabsahan majelis jemaat periode 2020 – 2023 bersama dengan dua orang oknum anggota TNI-AU masuk dan melakukan intimidasi serta perbuatan tidak menyenangkan kepada majelis jemaat.

Kemudian Christofel dan seorang majelis jemaat dibawa paksa keluar dari ruang konsistori. “Bahkan saya sempat terjatuh saat berusaha melepaskan diri dari cengkraman oknum anggota itu. Kami digiring ke POM AURI Lanud El Tari dan diinterogasi terkait masalah tersebut,”rinci Cristofel.

“Bukan kami yang memulai kericuhan yang terjadi, kami ini korban,”tambahnya.

laporan: yandry imelson.

Komentar