DENPASAR – Hanya orang yang memiliki tekad dan jiwa yang kuat akan sukses
mengembangkan usaha wiraswasta.
“Jiwa dan tekad yang kuat itu didukung oleh pengetahuan dan pengalaman sehingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain sekaligus mensejahterakannya,” tegas Dr Ir Gede Ngurah Wididana, M. Agr saat tampil sebagai pembicara utama pada webinar yang melibatkan suster, bruder dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang, Nusa Tenggara Timur, akhir pekan lalu.
Dirinya kini sukses mengembangkan perusahaan berbasis obat-obatan tradisional berbasis teknologi Effective Microorganisme (EM) terbesar di Bali.
Hingga kini, terdapat belasan perusahaan yang masih tetap aktif beroperasi dalam melayani masyarakat luas di Indonesia dan luar negeri. Sebut saja, dari obat-obatan herbal, teh herbal, aneka jenis ramuan madu, bokashi therapy, tanah subur, pupuk bokashi kotaku, restoran, rumah sakit, mini market, radio, koran, media online, EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 tambak, EM4 peternakan serta EM limbah.
Menurut pria yang langsung belajar teknologi EM dari penemunya, Prof Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Okinawa Jepang tersebut menegaskan, kreatif, inovasi, produktif dan sikap mental bisnis memegang peranan penting dalam mewujudkan usaha wiraswasta.
Menjawab pertanyaan dari peserta webinar, Wididana mengakui bahwa di dunia ini tidak ada yang instan. Oleh sebab itu jangan terbius oleh informasi yang tidak jelas. Karena itu, seorang mahasiswa harus mengumpul pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin, katanya pada pertemuan vertual yang mengusung tema
Mahasiswa Berjiwa Enterpreneurship.
Seorang mahasiswa -sebut pria kelahiran Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali itu mengingatkan- selain mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, juga harus bisa menyisihkan dana sedikit demi sedikit sebagai modal dalam merintis usaha bisnis yang mandiri atau wiraswasta.
Jika mahasiswa itu setiap bulan mendapat kiriman uang dari orang tua sebesar Rp 1 juta, hanya separuh (Rp 500.000) untuk kelancaran pendidikan dan biaya hidup dan Rp 500.000 sisanya dikumpulkan sebagai modal untuk mulai merintis usaha bisnis secara kecil-kecilan.
“Mahasiswa dengan cara hidup hemat dan cerdas itu setelah berhasil menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya, sekaligus juga sukses mengembangkan usaha bisnis.
Mahasiswa harus mengembangkan usaha tersebut dan dapat terus ditingkatkan. Secara prinsip, usaha yang sudah mulai dirintis tersebut, diupayakan untuk terus menyapa konsumen atau masyarakat luas,” ujarnya.
(Albert Kin Ose / kupangterkini.com)
Komentar