KETERBATASAN fisik tak membuat Sefnat Nataneo, 42 asal Desa Nunusunu, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), patah semangat. Dia tetap berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga, meski kondisi kaki kanan yang cacat sejak kecil.
Di dalam bengkel sederhananya, di Jalan Sekar Sari, Denpasar Timur, Sefnat mulai bercerita tentang kisahnya kepada kupangterkini.com Senin (1/3/21).
Dia mulai merantau ke Bali 2014. Tujuannya, belajar memperbaiki sepeda motor. Sesampai di Pulau Dewata inilah, Sefnat memulai cerita hidup yang susah.
“Tidak ada satupun pemilik bengkel di Denpasar, yang mau menerima saya bekerja,” kenangnya.
Tak mudah menyerah, berkali-kali berusaha meyakinkan pemilik bengkel bahwa dia mampu bekerja dengan giat dan jujur. Bahkan, rela tidak menerima gaji, cukup diberi makan saja, asalkan bisa bekerja.
‘’Saat itu benar- benar sulit karena tidak ada yang mau terima saya bekerja, mungkin juga karena kondisi kaki saya ini,” ucap Sefnat mengenang masa sulitnya.
Untuk bertahan hidup dia kemudian memungut kembang jepun yang jatuh di halaman rumah-rumah warga.
Jepun yang dikumpulkan kemudian dijemur dan dijual kepada pengepul Rp 100 ribu perkilo.
Pekerjaan ini dilakoni selama setahun, berkeliling dari rumah ke rumah memungut jepun yang sudah jatuh ke tanah.
Sefnat akhirnya bisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Dia kemudian membeli peralatan tambal ban.
Peralatan yang dibeli pertama pompa ban manual. Dari tabungan sebesar Rp 1 juta hasil jualan jepun kering.
Sedang kunci dan peralatan lainnya dia pinjam dari teman. ‘’Saya beli pompa ban ini, ” kata Sefnat menunjukkan pompa ban manual tersebut.
Kerja kerasnya berbuah manis. Dalam sehari dia bisa mendapatkan uang Rp 30 – 50 ribu sehari. ‘’Kadang ada pelanggan yang baik hati memberikan uang lebih,” ujarnya.
Sebagian uang dari tambal ban itu dia tabung dalam botol bekas air mineral. Setelah tiga tahun, hasil dari simpanannya itu bisa membeli mesin kompresor.
“Setelah beli kompresor, saya beranikan diri kredit sepeda motor. Dan puji Tuhan dalam 16 bulan lunas. Sebulan saya bayar kredit untuk motor itu, Rp 1 juta,” katanya sembari tersenyum.
Sekarang Sefnat sudah mampu menyewa sepetak kecil bangunan yang dijadikan bengkel. Serta memboyong istri dan kelima anaknya yang berada di Kupang untuk tinggal di Bali.
(yandry imelson/kupangterkini.com)
Komentar