Kurikulum Puasa Menuju Insan Muttaqin

Regional969 Dilihat

Perayaan Hari Raya Idul Fithri 1 Syawal 1443 tahun ini secara serentak di seluruh pelosok tanah air pada hari Senin, 2 Mei 2022. Berdasarkan hasil siding isbat yang telah diumumkan secara resmi oleh Menteri Agama.

Gemah takbir dan tahmid terus menggemah di seantero nusantara sebuah ekspresi kegembiraan tiada tara. Gembira kerena selama se-bulan umat Islam telah lulus dengan prestasi yang gemilang. Lulus setelah mengikuti kurikulum tarbiyah Ramadhan adalah perhelatan menahan lapar dan haus, mengekang seluruh kecendrungan hawa nafsu yang menyulut kearah negative bertentangan norma Islami.

Ini merupakan substansi ritual ibadah puasa yang mendidik umat Islam agar secara terus menerus menempatkan diri dihadapan Allah adalah sebagai Hamba begitu hina dina, dhoif, tiada berdaya dan senantiasa siap melaksanakan perintah-Nya dalam kondisi yang bagaimanapun.

Makna dan hakikat dari pada sebuah ungkapan takbir dan tahmid adalah umat Islam meyakini bahwa dirinya itu tiada berdaya apapun jika tampa dibantu oleh Sang Kholiqnya. “Laa Haulawa Quu Wata Illah Billah”.

Baca Juga :   Imlek Pandemi

Konsekwensi logis dari kedhoifan manusia muslim ini ditandai dengan ketika siang hari sedang bershaum kita dilarang makan dan minum pada hal makanan dan minuman milik kita yang halal sampai pada waktu diperboleh untuk berbuka puasa.

Selain itu, kita juga dianjurkan untuk tetap menjaga lisan dan perilaku pancaindra kita senantiasa berada pada posisi koridor syariat Islam. Kurikulum puasa mendidik insan beriman selama kurun waktu sebulan bisa mengantarkan kita ke tingkatan taqwa sebagaimana janji Allah ”La’allakum Tattaquun”.

Taqwa merupakan visi sekaligus misi yang sangat didambakan oleh setiap individu muslim. Taqwa adalah sebaik-baik bekal baik selama didunia fana maupun di akhirat kelak kata Allah dalam Al Qur’an. Jika Taqwa telah diraih maka indikatornya adalah dalam hidupnya selalu taat patuh terhadap aturan Allah begitu pula ketika berinteraksi dan berkomunikasi antara sesame terasa sejuk, rukun dan harmonis.

Dinamika kehidupan ini justru akan berhadapan dengan berbagai fenomena perilaku yang berbeda baik dalam konteks suku, ras, agama dan tradisi. Kondisi yang plural ini sangat membutuhkan sosok individu muslim yang muttaqin. Sosok yang taat dan patuh akan perintah Tuhan-nya dan sosok yang memiliki integritas yang kuat dan kokoh agar tidak bisa terkalahkan dengan dorongan kecndrungan emosiaonal yang sesat dan menyesatkan.

Baca Juga :   Astrid dan Lael, Hilang Sejak Dijemput dari Rumah Kos

Pada suatu ketika Rasulullah SAW bersama sahabatnya sedang bermusyawarah di sebuah emperan masjid, tiba-tiba ada sekelompok kaum Yahudi sedang menggotong mayat Yahudi ke tempat pemakaman.

Rasulullah SAW melihat kemudian berdiri lalu menghormati mayat yang sedang digotong itu. Seorang sahabat agar sedikit bernada keras sembari mengatakan ya Rasulullah SAW kenapa menghormati si mayat Yahudi ?

Rasulullah diam sejenak kemudian menjawab “bukankah dia Manusia”. Demikian indahhnya akhlak Rasulullah yang menggabarkan diri yang taqwa, diri yang masi ada bekas-bekas puasa.
Semoga ibadah puasa yang telah kita lakukan ini tetapmembekas dan mengantarkan kita untuk meraih title taqwa. Aamiin.

Oleh : Abdurahman Quthban, S.Ag,M.Pd

Kepala Seksi Pendidikan Islam Kantor Kemenag Kab. Sumba Timur

Komentar