Kenang Mia Tresetyani, Pramugari Korban Pesawat Jatuh

Regional1718 Dilihat

DENPASAR – Mengenang 40 hari kepergian Mia Tresetyani Wadu, pramugari Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Pulau Seribu, 9 Januari silam, keluarganya menggelar ibadah syukur, Rabu (17/2/21). Sekitar pukul 18.00 Wita, di kediaman Zet wadu, ayahanda Mia, Gang Tirta Gangga 8, Jalan Tukad Gangga, Denpasar peribadatan itu dimulai.

Pendeta Ivvone Makatita, STh dari GPIB Maranatha memimpin ibadah syukur itu sejak awal hingga usai. Selain anggota keluarga, ada jemaat gereja dan teman-teman Mia menghadiri acara tersebut.

Mengikuti liturgi gereja, ada kidung pujian yang dinyanyikan saat jeda khotbah. Suasana haru pun terasa selama ibadah berlangsung. ‘’Waktu aku takut, aku ini percaya kepadaMu. Kepada Allah yang FirmanNya kupuji,’’ kata pendeta Ivvone dalam khotbahnya.

Baca Juga :  Berwarna Pink, Kesukaan Semasa Hidup

Saat diberi kesempatan menaikan pujian, Zet wadu dan istrinya Ni Luh Sudarmi, turut serta dalam kelompok keluarga menyanyikan lagu.‘’Tuhan Engkau sungguh baik. KasihMu melimpah disepanjang hidupku. Kunaikan syukurku buat hari yang Kau beri, tak habis-habisnya kasih dan rachmatMu,’’ itulah penggalan kidung pujian itu dilantunkan keluarga Wadu.

Pada Kamis (21/1/21) lalu, sekitar pukul 12.00 Wita, jenazah pramugari cantik asal Pulau Sabu, NTT, Mia Tresetyani Wadu dimakamkan di pekuburan Kristen Mumbul, Kuta Selatan, Badung. Entah ada kebetulan atau tidak, waktu pemakaman ini sama persis dengan rencana mendiang saat masih hidup.

Kepada sang ayah, Zet Wadu, Mia mengabari kalau berencana mengambil cuti pada 21 Januari 2021. Pemberitahuan soal cuti itu dilontarkan pada akhir Desember tahun lalu.

Baca Juga :  Gegara Lapar, Anak Bunuh Ibu Kandung

Alasannya kala itu, di penghujung tahun, traffic penerbangan tinggi sehingga memilih melaksanakan tugas.

Mia juga mengatakan kalau selama masa cuti, memilih tinggal di rumah bersama seorang teman yang diajak barengan.

Ingin menghabiskan masa liburan di rumah. Karena itu dia mengirimkan duit kepada sang ayah untuk memperbaiki dapur dan kamar mandi.

Namun saat tiba di rumah lagi pada 20 Januari, sudah tak bernyawa. Jazadnya terbujur kaku dalam peti yang tak bisa dibuka oleh pihak keluarga sekalipun.

(yandri imelson/kupangterkini.com)

Komentar