SAMBAL lu’at begitulah masyarakat Kupang dan NTT biasa menyebutnya. Entah dari mana asal nama itu, namun sudah merupakan sambal khas yang sangat digemari masyarakat dari segala kalangan. Dari sinilah muncul ide untuk berjualan lu’at produksi rumahan dengan nama Dapoer Momsski, yang dipasarkan melalui media sosial (Medsos).
Adalah Yenly Fangidae, perempuan berusia 26 tahun ini memulai usaha membisniskan lu’at secara praktis. Kepada kupangterkini.com Jumat (26/3/21) menjelaskan bahwa usahanya masih sebatas di rumah saja. “Untuk sementara belum memakai tenaga kerja, masih saya bersama mama saja yang mengerjakan semua ini,”ucapnya.
Awal mula, memulai usaha ini dengan hanya satu kilogram cabai yang menghasilkan 20 botol ukuran 150 ml sambal lu’at yang sudah dicampur jeruk nipis dan daun kemangi. “Untuk jeruk nipis serta daun kemangi kami petik dari pekarangan rumah hanya cabai yang dibeli di pasar,”lanjutnya.
Harga per botolnya Rp 35 ribu dan dijual lewat media sosial ataupun diantar langsung ke tempat pemesan yang berada di Babau, Oesao dan sekitarnya. “Setiap hari selalu habis terjual bahkan masih kurang karena banyak yang memesan,”tambahnya.
Semakin hari permintaan semakin banyak, sekarang sudah mencapai tiga kilogram cabai yang dihabiskan untuk melayani banyaknya permintaan. “Sekarang bahkan ada pesanan dari Ruteng, Labuan Bajo, Surabaya bahkan Malang,”jelas Yenly.
Untuk pengiriman keluar pulau harganya sedikit lebih mahal karena dikenai ongkos pengiriman. “Puji syukur hingga saat ini masih lancar dan selalu laris, dan kami sudah dapat pesanan 35 botol dari Labuan bajo,”tambahnya.
Ia berencana kedepan bisa mempekerjakan orang untuk membantu, karena pesanan semakin banyak. “Semoga terus banyak pesanan sehingga bisa berkembang lebih besar lagi usaha ini,”harapnya.
yandry imelson/kupangterkini.com
Komentar