Awas, membakar sampah plastik, bisa menyebabkan kanker hingga kemandulan

Features1848 Dilihat

Pada saat masih aktif sebagai kepala dinas pertanian Bangli, Bali saya mengontrak sebidang tanah  untuk membuat berbagai demplot. Demplot seperti demplot jeruk, kacang merah dan tomat. Tanah kontrakan ini benar-benar menjadi obyek pertanian, penyuluhan pertanian organik berbasis EM4 menggantikan teknologi pertanian yang berbasis kimia.

Orang-orang sudah mengenal bahwa tanah tegalan di Desa Pengotan Kintamani sangat kurus, sampai-sampai ada ucapan dalam bahasa Bali,  ‘Hidup di Pengotan yen sing meganggangan sipahe, sing mekebetan pelengane’. Artinya, hidup di Pengotan tanpa kerja keras tidak akan bisa makan. Di tempat itulah saya selalu membuat bokashi. Setiap menanam tanaman apapun selalu saya isi dengan bokashi agar mau tumbuh subur dan berbuah.

Saya mengajak keponakan sekeluarga  untuk mengolah tanah dan membuat bokashi. Saya masih ingat petuah Prof Teruo Higa bahwa asap dari plastik sangat berbahaya dan bisa menyulut timbulnya kemandulan dan penyakit kangker, bahkan melahirkan bayi yang cacat sejak lahir karena ibunya banyak mengisap asap plastik. Di Jepang, orang yang membakar plastik dapat dipolisikan atau dipenjarakan. Kebun yang saya kontrak letaknya di pinggir jalan, sangat strategis untuk jualan. Di tempat itu keponakan saya berkebun sambil memelihara induk babi berjumlah enam ekor, dua tahun kemudian istrinya menjual berbagai makanan dan minuman.

Komentar