Kisah Mia Tresetyani Wadu, Pramugari Sriwijaya Air Berdarah Sabu Minta Sang Ayah Membersihkan Rumah

Regional8006 Dilihat

DENPASAR – Jatuhnya Pesawat  Sriwijaya Air PK-CLS di perairan Pulau Lancang, Sabtu (9/1) menyisakan pilu bagi pasangan Zet Wadu, 59 dan Ni Luh Sudarmi, 61.  Mia, salah satu  pramugari dalam pesawat itu  adalah anak kedua pasangan ini.

Hanya air mata  yang terus menetes dari kedua orang tua ini bersama kakak lelaki semata wayang, Ardi Samuel Cornelis Wadu, 23. Ketiganya bersama sanak family lainnya berpasrah menanti mujizat. Ditengah kabar yang belum menentu soal keberadaan sosok Mia.

Sanak saudara, teman-teman terus berdatangan untuk menguatkan keluarga kecil ini di rumah mereka di Jln Tukad Gangga, Kawasan Renon, Denpasar. Sejak pagi hingga sore, Minggu (10/1), silih berganti keluarga dan kerabat masuk dan duduk di tenda berwarna biru, tepat di halaman rumah Gang Tirta Gangga Nomor 8 itu

Sembari, menanti informasi dari pihak maskapai, televisi berukuran jumbo  di ruang tamu,  menjadi sarana penting  mengikuti perkembangan pencarian pesawat beserta penumpangnya. Sang ibu Ni Luh Sudarmi,  tak mampu melihat jejak digital di televisi lantaran sedikit shock. Ia,  memilih duduk menyamping sambil mendengar ucapan presentar. Pun Zet Wadu, terus menyimak walau tak mampu menahan tangis. Ardi, kakak Mia, juga terlihat tak tenang

Mia Tresetyani Wadu, mengandeng ayahnya Zet Wadu
Mia Tresetyani Wadu, mengandeng ayahnya Zet Wadu (Dok. Keluarga)

Kepada  kupangterkini.com,  Sudarmi  ketika ditemui diteras rumah menceritakan bahwa Mia sudah tiga tahun bekerja sebagai pramugari sangat baik kepribadiannya.   Dia, selalu menghubungi kedua orangtua dan sang kakak mengbarkan soal rute terbangnya. Kemana pun baik dalam dan luar negeri.

Saat terbang ke China, disampaikan lewat telpon seluler.

Sekembali dari sana, Ia sempat terbang ke Bali. Dan menemui kedua orang tua di Denpasar. Jika beristirahat di Bali, Mia tidak pernah tidur bareng teman di hotel. Dia selalu pulang ke rumah.

Pada  Agustus dan September tahun lalu, selama dua bulan  Mia menetap di rumahnya dengan status  stand by. Baru pada   30 September dihubungi oleh maskapai dan akhirnya kembali ke Jakarta. “Mia diketahui memiliki sifat yang baik oleh teman main, dan teman kerja. Setiap mau terbang atau landing selalu beri kabar,” ungkapnya   sembari berlinang air mata.

Baik Surdarmi, suaminya dan Ardi kakak Mia, tak memiliki firasat apapun terkait peristiwa ini. Bahkan,  awal mengetahui kejadian ini, Sudarmi  sangat tak percaya. “Ya, saya ditelepon teman akrab Mia di Jakarta. Temannya sudah resign dari pramugari. Katanya, Mia ikut dalam penerbangan itu, namun saya tidak percaya karena Mia tak memberitahu. Biasanya Mia baritahu, kali ini Mia tak ada kabar sama sekali,” tutur sang ibu yang asal Buleleng itu, dengan raut sedih.

Kakak laki-laki Mia, Ardi Samuel Cornelis Wadu, 23 (dok. Keluarga)

Ditengah kepedihan, Zet Wadu, lelaki keturunan Pulau Sabu ini menuturkan Mia memiliki sifat  terbuka. Sangat akrab dengannya. Bahkan Mia pernah curhat tentang kisah asmara, pergaulan hingga  disakitin teman. Dan, Zet meminta anak perempuan itu untuk selalu sabar.

“Selama dua bulan di rumah,  ia daftar kuliah online. Mia  bilang kalau bapak sama mama sudah tua, jadi jangan biayai lagi kuliah. Nanti dia biayai sendiri,’’ rinci Zet, yang berkomunikasi terakhir dengan Mia Sabtu (9/1) pagi hari.

Saat itu, bapak anak ini terlibat pembahasan serius soal  kronologis sang ayah menemukan seekor anjing.

Jauh sebelumnya, persisinya dua pekan lalu,  ada percakapan Mia dengan sang bapak soal perlunya rumah dibersihkan. Alasannya Mia, mau cuti bulan Januari  dan ingin menghabiskan masa libur di rumah saja. ‘’Ingat saya dua pekan lalu,  Mia minta membersihkan rumah. Sebab, ia rencana cuti pada Januari 2021 dan   mau menghabiskan masa cuti di rumah saja,’’ ujar Zet pelan.

Dia tak pernah menyangka kalau permintaan itu justru ada kaitan erat dengan peristiwa tragis yang menimpa anak perempuannya.

Saat ini, untuk medapat info terbaru, pihak keluarga hanya bisa nonton tv sambil menanti perkembangan dari maskapai. Selain memandangi juga foto-foto lama yang tersimpan.

Sang kakak, Ardi Samuel Cornelis, menceritakan bahwa sebelum adiknya menjadi salah satu korban pesawat Sriwijaya Air yang hilang kontak, adiknya sempat chatting,  pada Sabtu pagi sebelum terbang. Mia bercanda soal nama Anjing. “Kami baru mendapatkan anjing, setelah diketahui, Mia chatting dan memperdebatkan nama binatang peliharaan itu  sambil bercanda,” ungkap Samuel pada Minggu. (*)

 

Reporter : Sitri Sulla / Kupang Terkini

Baca Juga :   Kapal Karam, Puluhan Penumpang Berhasil Dievakuasi
Baca Juga :   Desa Seki Miliki Potensi Wisata Potensial

Komentar