KUPANG – Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting yang cukup tinggi yaitu 24,4 persen dan masih diatas angka standar yang ditoleransi WHO di bawah 20 persen. Hal ini dikarenakan tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri sebelum menikah sehingga saat hamil menghasilkan anak stunting.
Menurut studi status gizi indonesia (SSGI) 2021, angka prevalensi stunting di NTT mencapai 48,3 persen dan merupakan yang tertinggi. Sebagai upaya percepatan menurunkan stunting di NTT, PTT Exploration dan Production (PTTEP) bekerjasama dengan sekretariat wakil presiden Republik Indonesia (Setwapres RI), pemprov NTT melalui program Dompet Dhuafa dan pemda kabupaten Kupang, kabupaten TTS serta kabupaten TTU bersinergi dan kerjasama tuntaskan stunting.
Data yang diperoleh kupangterkini.com berdasarkan laporan capaian kemitraan cegah stunting, untuk kabupaten Kupang sendiri angka stunting saat ini masih bermasalah. Dimana pengukuran pada Februari 2022 angka prevalensi stunting pada angka 24,14 persen.
Dengan kata lain, sebanyak 7207 anak yang mengalami stunting, tersebar di 24 kecamatan, 160 desa dan 17 kelurahan di kabupaten Kupang. Untuk itu, sejak tahun 2020 hingga 2022, Dompet Dhuafa telah melakukan intervensi untuk penurunan stunting pada empat kecamatan yakni, Kupang Tengah ada tiga lokasi mulai dari kelurahan Tarus, desa Mata Air dan desa Noelbaki, Kupang Timur di kelurahan Naibonat, kecamatan Fatuleu di desa Silu dan kecamatan Amarasi Selatan di kelurahan Sanraen.
Intervensi Dompet Dhuafa sendiri mencakup banyak aspek mulai dari bidang pendidikan, pertanian, perikanan dan kelautan serta bidang sosial. Pada bidang kesehatan sendiri yakni pembangunan Posyandu serta renovasi gedung yang sudah rusak di kecamatan Amarasi Selatan dan kecamatan Kupang Timur.
Berikutnya bantuan dana sehat untuk keluarga 1000 hari pertama kehidupan, sumur bor, pemberian makanan tambahan, pelatihan peningkatan kapasitas SDM serta edukasi lainnya. Untuk intervensi dalam pendidikan ada bantuan kepada 27 sekolah Pendidikan anak usia dini (PAUD).
Intervensi lainnya pada bidang pertanian dan ketahanan pangan yakni pengadaan bibit untuk kebun gizi di 49 Posyandu. Membuat kebun gizi percontohan dan ada 11 kebun gizi yang tersebar di enam desa/kelurahan.
Untuk bidang perikanan dan kelautan ada bantuan bibit ikan Lele pada 49 Posyandu dan pembangunan kolam ikan atau bak hidroponik. Untuk bidang sosial ada bantuan sembako dan perlengkapan rumah tangga.
Saat ini, masih cukup banyak kecamatan di Kabupaten Kupang yang angka stuntingnya masih tinggi sesuai pengukuran pada Februari 2022. Yang belum tersentuh kecamatan Amfoang Barat Laut sendiri angka stuntingnya pada angka 44,7 persen dan pemerintah menetapkan angka stunting turun 17,3 persen tahun 2022.
Intervensi Dompet Dhuafa pada enam desa dan kelurahan sendiri prevalensinya mengalami penurunan. Seperti kecamatan Amarasi Selatan pada tahun 2021 masuk dalam lima kecamatan prevalensi stunting tertinggi namun pada 2022 sudah keluar dari daftar tersebut.
Untuk itu, pada diskusi stunting di hotel Sotis Kupang dengan tema Tuntaskan Stunting Katong Bisa yang juga dihadiri bupati Kupang, Korinus Masneno mengatakan angka stunting di kabupaten Kupang harus ditekan semaksimal mungkin. “Harapannya, angka stunting di kabupaten Kupang mencapai angka nol persen. Untuk mencapainya, perlu adanya pola perubahan pola kerja, semua harus berpikir inovatif dan bekerja secara kolaboratif agar zero stunting yang ditargetkan bisa tercapai,” tandasnya.
laporan : yandry imelson
Komentar