Bergabungnya ilmu pengobatan barat dan timur di abad 21 menjadi sebuah peluang bagi jamu dan herbal. Bahkan jamu dan herbal bisa ambil peluang dalam bidang kesehatan dunia.
“Jamu adalah istilah Indonesia, yang berasal dari budaya pengobatan tradisi dari bumi nusantara. Kegunaan tanaman atau tumbuhan obat telah diketahui sejak ribuan tahun lampau. Catatan tertua tentang penggunaan tanaman obat berumur 4000 tahun sebelum masehi, Bangsa Sumeria yang hidup di Timur Tengah menggunakan tanaman madat untuk pengobatan. Bangsa Mesir, India, Cina, Yunani menggunakan tanaman obat untuk penyembuhan penyakit,” kata Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M. Agr, salah satu peneliti dan pakar herbal di Denpasar, Sabtu.
Ketua DPD Gabungan Pengusaha Jamu Bali itu menjelaskan, bidang kedokteran modern mulai tertarik mengembangkan tanaman obat untuk penyembuhan penyakit sejak abad ke 18 dan ke 19. Hal itu ditandai dengan ditemukannya pemakaian kulit tanaman kina untuk obat penyakit malaria. Di Kolombia ditemukan obat ipecacuanha untuk obat muntah, balsam peru dari tanaman obat.
“Pada 1785 Withering menemukan obat jantung dari tanaman digitalis. Di abad ke 19 penelitian tanaman obat lebih mendalam, dan berhasil ditemukan obat morfin dari tanaman madat, yodium dari rumput laut, cocain sebagai obat bius dari tanaman coca, dan masih banyak lagi temuan senyawa obat dari tanaman obat, seperti zat penenang syaraf, antibiotik, obat darah tinggi, obat nyeri, obat kanket, obat pencegah parasit, obat pencahar, obat penenang jiwa (psychofarmaka), vitamin dan obat kuat,” kata Pak Oles.
Di abad ke-20, Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group itu menjelaskan, perkembangan obat tradisional agak melambat. Hal itu karena ditemukan obat-obat sintetik sebagai pengganti obat dari tanaman obat, yang bisa diproduksi secara massal dan cepat melalui industri. Ilmu tanaman obat sedikit tertinggal dibandingkan dengan ilmu kedokteran modern yang cenderung mengedepankan pengobatan dengan zat-zat kimia sintetis.
Ilmu kedokteran terpisah menjadi dua kubu. Pertama, ilmu kedokteran barat dengan menggunakan teknik dan metode barat yang dipimpin Amerika dan Eropa. Kedua, ilmu kedokteran timur dengan menggunakan tanaman herbal, ayurveda, pengobatan Cina, jamu, dengan menggunakan pendekatan holistik (menyeluruh), menggabungkan kesehatan fisik, jiwa dan keharmonisan alam.
Di abad ke-21 terjadi penyatuan ilmu pengobatan barat dan timur, yang saling melengkapi (complementer), dengan menggunakan pengobatan modern (kedokteran barat) dan pengobatan teradisional komplementer (kedokteran timur).
Penanganan Corona virus merupakan wadah yang tepat untuk menyatukan pengobatan barat dan timur. Pengobatan barat menggunakan obat kimia, metode barat dan vaksin. Pengobatan timur dengan tindakan preventif, meningkatkan imun tubuh dengan herbal, gaya hidup sehat, yoga dan hidup harmoni dengan alam.
“Abad ke 21 merupakan kesempatan emas, peluang yang sangat bagus untuk memperkenalkan jamu sebagai kekayaan budaya masyarakat Indonesia, untuk memberikan kesehatan bagi masyarakat dunia,” ujar Pak Oles. (Albert Kin Ose / Kupang Terkini)
Komentar