KUPANG – Hilangnya Astrid dan Lael sang putra terkasih dimulai sejak dijemput oleh seorang perempuan berinisial Ar. Setelah dijemput hendak kerumah family di Jalan Nangka, namun arahnya dibelokan dan mampir dulu ke tempat kos BI yang juga temannya. Alasanya, ingin bertemu BI yang baru datang dari Rote setelah lama tak berjumpa.
Menceritakan persahabatan dengan Astrid, menurut pengakuan BI yang berhasil diwawancarai kupangterkini.com, Senin (13/12/21), ia mulai mengenal almarhumah saat duduk di bangku kelas tiga SMA 1 Lobalain, Kabupaten Rote Ndao. “Kalau untuk Randy, memang saya satu sekolah dengan dia dari TK sampai SMA tapi tidak akrab,” jelasnya.
Sedangkan Ar sendiri mulai akrab dengan Astrid saat bersama sebagai mahasiswa teknik sipil. “Kalau untuk saya akrab dengan Ate (paggilan akrab Astrid) itu akhir 2012. Mulai dari situ kita mulai akrab ngumpul bersama, bercerita hal – hal konyol tapi kalau hal asmara tidak pernah, Ate yang buat aturan sendiri,” lanjut BI.
Sementara Ar mulai mengenal Astrid dan akrab sekitar 2018 setelah kembali dari Palu. “Sejak itu, dia mulai datang ke kos saya bersama dengan Ate, seiring berjalan waktu kami mulai akrab satu sama lain,” tambahnya.
Ketika BI sudah kembali ke Rote pada 2019, Ar masih sering main ke rumah Astrid. “Kalau Ate minta tolong ke mana – mana, mereka dua selalu bersama, intinya Ar sering bermain ke rumah Ate karena tidak ada tempat kumpul, karena saya sudah kembali ke Rote” jelasnya.
Sedangkan saat mereka kumpul – kumpul bersama aturannya mereka tidak pernah menceritakan hubungan asmara. “Karena memang itu Ate yang bikin aturan, kalau dengan teman ya teman saja tidak boleh bawa – bawà pasangan,” tambahnya.
BI juga menjelaskan bahwa Ar tidak mengenal Randy. “Karena memang Ar dari kecil, sekolah dan lulus, semuanya di Kupang, dia juga baru pernah melihat wajah Randy di media sosial. Karena memang Ate tidak pernah menceritakan hubungannya dengan pasangan,” lanjutnya.
Di tempat kos BI, selalu menjadi lokasi mereka kumpul – kumpul. “Kami sering curhat, itu bukan curhat soal pasangan, tapi tentang hidup kami di kantor atau cerita acak, kalau tidak sekedar ngopi ataupun masak – masak,” tambah BI.
Dari kos itu menjadi awal mula Astrid merintis usaha jualan makanan. “Yang terakhir Ate kelola sendiri itu berawal dari kos saya, saya yang mengajari Ate masak, bikin bakmi,” ujanya
Setelah berjalan beberapa bulan, masing – masing mulai sibuk dengan kerjaan, jadi Astrid meminta ijin untuk mengelola berjualan bakmi serta lumpia. “Untuk awal rintis dari kos saya, menjadi tempat kumpul, membuat rencana kejutan ulang tahun atau apapun semuanya kita lakukan di kos. Karena dari kita semua hanya saya yang kos,” ucap BI.
Saat ditanyakan apakah BI mengetahui bagaimana sikap serta sifat dari Randy karena seangkatan sejak TK hingga SMA ia menjawab tidak begitu jelas. “Kalau untuk masalah itu, saya tidak pernah nongkrong atau cerita – cerita, jadi saya tidak bisa menebak karakternya bagaimana,” lanjutnya.
Begitu juga saat awal mengetahui Astrid hilang adalah ketika ayah Astrid menelpon Ar pada malamnya. “Dari situ Ar memberi nomor kontak saya kepada Ayah Ate, setelah itu saya ditelpon dan saya cerita semuanya, jadi Ayah Ate cuman bilang, adik tolong hubungi Ate trus ya,” ucap BI menirukan perkataaan ayah Astrid.
Setelah itu, pada 1 September, BI bersama Ar pergi ke rumah orangtua Astrid. “Kami masih bilang kalau bapak mau lapor ya lapor saja, karena ini dia bawa anak kecil, kami bersiap jadi saksi karena dia tidak jalan sendiri,” tambahnya.
Namun pada saat itu, kakak Astrid mengatakan, “Biar dulu, mungkin dia (Astrid) mau menyelesaikan urusannya, jadi kita juga tidak mau ganggu. Dia juga sementara mau ikut test CPNS jadi mungkin dia mau menenangkan diri untuk ikut ujian, jadi kita tunggu saja, nanti kita liat – liat dia di lokasi test yang kebetulan lokasinya di Poltek,” kata BI menirukan ucapan saat itu.
Dari situ, BI mengatakan bahwa karena hanya sebagai teman jadi mereka tidak bisa melapor ke polisi. “Nanti ketika kami melapor, polisi bisa mengatakan keluarga tidak lapor kok kalian lapor, jadi kami juga ikut berpikiran positif seperti keluarganya kalau dia (Astrid) baik – baik saja,” ujarnya.
Berikutnya, setelah akan diungkap DNA Astrid dan Lael, BI bersama Ar serta dua teman mereka berkunjung ke rumah Astrid. “Kita pergi kunjungi keluarga dan cerita – cerita, terus diakhir cerita kakak bilang kepada saya dan Ar untuk terakhir datang ke rumahnya. Bukan karena apa – apa hanya takutnya jika kita ada di sana nanti keluarga yang lain tidak tahu apa – apa, nanti kalian yang terkena masalah,” ucapnya mengulang kalimat saudara Astrid.
Oleh sebab itu, BI juga merasa maksud ataupun niat dari kakak Astrid baik guna menghindari terjadi masalah. “Jadi, saya juga tidak sempat ikut pemakaman, menangis saya meningism tetapi kami juga menghargai dan menghormati keputusan kakaknya Ate,” tandasnya.
laporan : yandry imelson
Komentar