“Mereka memikirkan banyak hal yang menyebabkan semangat mereka menurun,” tambah Mariana Ikun.
Remaja yang menjadi korban troll juga mengalami perasaan tidak nyaman. Hal itu yang membuat kepercayaan diri mereka menurun, sehingga mereka enggan bergaul dengan teman-teman mereka.
“Remaja biasanya setelah mengalami troll, mental mereka menjadi kecut seperti yang dialami orang dewasa. Mereka kerap kali mengalami perasaan takut, marah dan malu. Mereka menjadi kurang percaya diri, takut keluar rumah, dan tidak mau bergaul dengan teman-teman mereka, terutama dengan teman-teman yang melakukan troll kepadanya,” kata Mariana Ikun.
Meskipun penggunaan smartphone menjadi potensi orang dewasa dan anak remaja menjadi korban troll, Mariana Ikun lebih menekankan sikap kontrol diri saat menggunakan teknologi komunikasi.
“Saat ini proses pembelajaran dan kegiatan kerja di kantor berlangsung secara daring (dalam jaringan internet). Dan smartphone sendiri membantu dalam hal itu. Saya sendiri tidak melarang orang untuk menggunakan smartphone, tapi saya minta untuk kontrol,” tambah Mariana Ikun.
Selain itu Mariana Ikun meminta supaya setiap orang yang menjadi korban troll harus mendapat pendampingan dari orangtua atau orang terdekat, yang berguna supaya rasa percaya diri mereka bisa bertambah.
“Dukungan moral adalah sesuatu yang penting, baik dari orang terdekat seperti keluarga maupun dari teman-teman yang baik, hal itu membantu supaya si korban bisa sembuh secara mental,” tutur Mariana Ikun.
Layanan psikologis bagi mereka yang membutuhkan, menurut Mariana Ikun dapat diterima secara gratis. Mereka bisa menggunakan telepon untuk melakukan kontak pada nomor “119 Extension 8”. Waktu aktif untuk layanan psikologi tersebut berlangsung pada pukul 09.00 hingga pukul 21.00 WITA.
(geraldy batara/kupangterkini.com)
Komentar