Rendah Kualitas Makanan, Kurangi Imun Tubuh

Kesehatan, Regional1094 Dilihat

Beberapa dekade terakhir ini semakin sering terjadi bencana alam seperti perubahan iklim yang semakin tak terdeteksi, angin topan, gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor. Fenomena tersebut di disusul dengan kemarau panjang, kesulitan air bersih, kekeringan, gagal panen. Beberapa negara mengalami kelaparan, peperangan, pengungsian, kebakaran hutan, terjadi pula tsunami dan bahkan pandemi. Semuanya sangat mengerikan, seolah-olah bumi sedang menuju kehancuran, terutama frequensi dan intensitasnya mengalami peningkatan.

Kehancuran yang dimaksud soal keberadaannya, dan itu bukan kali ini saja terjadi. Li Hongzhi (2008) dalam bukunya Zhuan Falun menyebut, planet bumi telah 81 kali mengalami gempuran. Setiap gempuran selalu menyisakan sedikit manusia yang lalu mewariskan peradaban prasejarah. Sisa manusia yang mengalami gempuran itu memasuki periode berikutnya, mulai menempuh kehidupan baru, terkadang dari taraf primitif, berkembang dan tercipta peradaban dunia yang baru lagi.

Gempuran demi gempuran telah terjadi dan selalu menyisakan sedikit manusia, sampai kepada peradaban manusia modern. Hal ini dapat dimengerti, selain kerusakan bumi yang disebabkan ulah menusia, dalam sistem galaksi atau bimasakti, ada lagi sistem perbintangan yang jumlahnya tak terhingga. Semua benda angkasa termasuk bumi, belum tentu berjalan mulus dalam menempuh orbit. Kadang mengalami benturan dengan benda angkasa lain. Pendapat ini didukung beberapa bukti peninggalan pra sejarah.

Pertama, dalam musium Universitas Negeri Peru ada pahatan di atas batu dengan figur seorang manusia yang telah memakai pakaian, bertopi, bersepatu, memegang teleskop sedang mengamati benda angkasan. Menurut penelitian, pahatan itu terjadi 30.000 tahun yang lalu. Jadi 30.000 tahun yang lalu manusia sudah bisa menenun pakaian dan mengenal astronomi. Manusia modern beranggapan, teleskop itu adalah ciptaan Galilei yang sampai sekaran baru berselang 300 tahun.

Baca Juga :  Rumah Warga Hangus Terbakar

Kedua, di Perancis, Afrika Selatan dan pegunungan Alpen, dalam gua banyak ditemukan pahatan di batu yang sangat realistik bagaikan gambar hidup. Gambar yang berwujud manusia itu berpakaian seperti orang barat bercelana ketat, memegang benda mirip pipa pengisap rokok. Ada yang memegang tongkat dan memakai topi. Gambar itu sangat indah bahkan dilapisi zat pewarna mineral yang belum diketahui oleh masyarakat modern.

Ketiga, Republik Gabon di Afrika Selatan mengekspor biji uranium ke berbagai negara maju. Prancis yang mengimpor uranium tersebut menemukan, berdasarkan penelitian bahwa uranium yang diimport dari Gabon itu, pernah diekstrasi (uranium bekas). Tahun 1972 negara-negara pengimport uranium sepakat ke Republik Gabon untuk mengadakan penelitian. Terbukti, tambang uranium itu adalah bekas reaktor nuklir berskala besar, dengan penataan yang sangat masuk akal. Instalasi itu dibangun 2 miliar tahun lalu, yang telah beroperasi selama 500.000 tahun.

Keempat, banyak ditemukan bangunan besar dan indah di dasar laut yang ditengarai bukan ciptaan masyarakat modern. Ini menandakan, daratan pernah turun menjadi dasar laut dan dasar laut menjadi perbukitan dengan adaya karang laut di perbukitan.

Kelima, jika kita ingin bertahan selamanya agar alam dengan segala isinya tidak berubah, itu juga tidak mungkin. Di samping bencana alam, sejak tahun 1950 nilai moral manusia merosot tajam, etika kehidupan kian merosot setiap hari, dari tata bahasa, pemilikan, kekerabatan, mata pencaharian, semua mengarah keakuan, bersaing dan berebut demi memenuhi kepuasan pribadi. Bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia.

Baca Juga :  Diterjang Gelombang, Remaja Asal Ende Meregang Nyawa

Keenam, banyak pihak mengatakan, kerusakan bumi ini justru terjadi karena kemajuan Iptek seperti di bidang indutri, kedokteran, farmasi, transportasi, peternakan, kelautan dan lain-lain. Namun yang paling disoroti ialah perubahan di bidang industri pertanian yang sebelumnya dianggap organik tradisional berubah jadi pertanian modern dengan menggunakan berbagai bahan kimia sintesis yang serba instan.

Beberapa hasil penelitian di bidang pertanian dewasa ini antara lain; kesuburan tanah sejak Perang Dunia II menurun 50%, dan di beberapa tempat bahkan mencapai 85% (USDA, 1992). Bila tanaman digigit serangga, tanaman itu akan membentuk fenolat untuk mempertahankan diri. Bila tanaman disemprot dengan pestisida kimia, tanaman tersebut tidak lagi membentuk fenolat. Fenolat itu sejenis flafonoid yang berfungsi sebagai antioksidan atau kekebalan yang ada pada semua jenis tanaman. Artinya tanpa fenolat kekebalan tanaman menurun, (Alison Mitchell, Universitas California). Kandungan antioksidan pada tanaman jagung dan berry yang ditanam secara organik berkelanjutan, 50% lebih tinggi dari tanaman yang ditanam secara knfensional, (Defis, dalam Journal Pertanian dan Pangan lansiran American Cemical Sosiety).

Setiap 50 tahun yakni tahun 1950 sampai tahun 2000 kandungan Fe pada bayam turun dari 13 mg jadi 2 mg, pada kol menurun dari 80 mg ke 41 mg, setiap 100 gram bahan. Kandungan vitamin C pada tanaman tomat turun dari 81 mg jadi 41 mg dan pada tanaman wortel turun dari 10 mg jadi 4 mg, bila bertani secara konfensional. Kandungan unsur makro dan unsur mikro pada tanaman organik jauh lebih tinggi dari tanaman konvensional (Dada Shilabaha,2010) dalam bukunya Diet for Higher Conciusness. Unsur mikro pada tanaman konfensional kandungannya sangat minim padahal unsur itu penting untuk pencerahan, apalagi kita belum pernah memupuknya dengan unsur mikro.Semua yang diuraikan di atas berpengaruh terhadap kwalitas kehidupan hewan dan manusia. Kekebalan berkurang, mudah sakit dan berumur pendek, hal-hal spiritual semakin tidak dihiraukan. Sampai detik ini kerusakan lingkungan kini menjadi-jadi, penebangan hutan tidak pernah terhenti, pengambilan bahan tambang terkuras habis. Selain itu penemuan baru yang tidak sesuai dengan hukum alam sepintas kelihatan menarik menyebabkan orang awam menjadi maniak, sangat sulit mengembalikan ke kondisi semula, cepat atau lambat akan mengakibatkan kerugian di tempat lain, dan kerugian itu lebih besar dari yang diperoleh sebelumnya. Karena itu penelitian harus bersifat independen tidak disponsori oleh industri pertanian yang rakus.

Baca Juga :  Manfaat Pohon Sukun

Mahatma Gandhi berkata ‘Harta ini sebenarnya cukup untuk semua orang, namun tidak cukup bagi seorang yang rakus’.

Komentar