Protes Omicron

Disway1018 Dilihat

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Merah Putih

Er Gham
Status pandemi harus diakhiri. Banyak negara Eropa yang sudah memulainya. Rakyat sudah lelah. Anak sekolah sudah bosan. Yang positif anggap saja terkena flu, istirahat di rumah dan minum obat warung. Silakan vaksin diteruskan, masker dipakai, tapi teruskan kehidupan yang normal. Sudahi segala tes dan karantina.

Mas Joyo
sepertinya kekebalan paling ampuh adalah bagi mereka yang pernah terinfeksi. dengan tidak mengurangi rasa hormat, sepertinya yang rentan terhadap bahaya covid-19 sudah berpulang duluan. survival of the fittest. angka 37,000 itu adalah tip of the iceberg, mungkin sebenarnya 370,000 atau 3.7 juta yang terinfeksi setiap harinya. setelah badai omicron ini reda, sudah saatnya kita kembali hidup normal. kasihan rakyat sudah capek dengan segala aturan PPKM. tidak perlu menunggu sampai dana covid habis dulu.

Johan
Membaca tentang vaksin Merah Putih ini, saya hanya bisa menghibur diri dengan beberapa ungkapan yang masih saya ingat. – Biar lambat asal selamat. – Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. – Kesabaran akan membuahkan hasil yang maksimal. – Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. – Sebenarnya tidak terlambat, tapi hanya sedikit tertunda. – Lambat start, tapi siap menyalib di tikungan. – Buat apa buru-buru, semua akan indah pada waktunya – Terlambat bukan berarti gagal – Yang penting sudah niat dan berusaha, bila akhirnya terlambat itu mungkin sudah kehendakNya. – Kebaikan tidak bisa dilakukan terlalu cepat, karena kita tidak pernah tahu seberapa cepat akan terlambat.

Baca Juga :   Walikota Pimpin Operasi Penertiban Tempat Usaha

Liam
mudah-mudahan cepat jadi, masa kalah sama Iran yang di embargo sana-sini. Sekalian berdoa, semoga aplikasi M-Banking Bank BUMN tidak mengenakan biaya transfer default 6500 lagi , karena sudah ada BI Fast. Kenapa tidak di default kan saja BI Fast Rp2500 biaya transfernya? Beda 4000 lumayan sih memang, tak apalah ,lagian milik negara. Semoga BUMN semakin berakhlak, semangat mencetak laba!!

Leong Putu
Tahun tahun hidup yang saya lalui belumlah banyak. Paling tidak, belum sebanyak para senior di sini. Namun satu hal yang saya dapati, lalu saya pelajari adalah saya menemukan ada banyak hal yang sebelumnya menakutkan saya, namun saat saya terus ada di dekatnya dan bergelut di sekitar hal tersebut maka tingkat ketakutan saya akan hal tersebut lama lama menjadi berkurang. Contoh : – Dulu saya takut air dalam, sekarang tidak lagi. – Dulu saya takut utang, sekarang tidak lagi. – Dulu saya takut menghadapi wanita, sekarang tidak lagi. Mungkin itu juga yang membuat saya sekarang tidak lagi takut terhadap Virus Corona. Tapi ada juga hal hal yang justru semakin hari semakin membuat rasa takut saya bertambah. – Takut menyakiti – Takut berbuat dosa – Takut menambah istri. Sekian, terimakasih. Oooh ya… Istriku dulu takut cacing, katanya : “Sekarang gak lagi”

Baca Juga :   Tanah Air

Mirza Mirwan
Saya perlu meluruskan komentar Mbah Mars di bawah tentang vaksin dari Kuba. Kebetulan saya membaca beritanya di beberapa portal berita, seperti: Associated Press, Reuter, National Publik Radio (NPR), dan juga portal media seperti USA Today, The New York Times dan lainnya. Memang benar bahwa Kuba mengembangkan 5 vaksin covid-19: Soberana 1, Soberana 2 dan Soberana Plus (dari Instituto Finlay de Vacunas Cuba), Abdala dan Mambisa (dari Center for Genetic Engineering and Biotechnology). Tetapi baru tiga vaksin yang disahkan oleh Pemerintah Kuba — tidak disebutkan lembaganya — untuk diproduksi, bahkan diekspor. Ketiganya adalah Soberana 2, Soberana Plus dan Abdala. Dua lainnya, Soberana 1 dan Mambisa masih menjalani uji klinis. Semuanya, lima vaksin itu, belum disahkan (authorized) oleh WHO. Ada 5 negara yang mengimpor vaksin dari Kuba: Venezuela, Mexico, Nicaragua, Iran dan Vietnam. Tetapi Kuba sendiri pernah mengimpor vaksin dari Tiongkok, Covilo, yang diproduksi Sinopharm. Jangan salah, Sinopharm bukan produsen Sinovac yang dipakai di Indonesia. Sinovac diproduksi oleh Sinovac Biotech.

Komentar