Puisi untuk Lael, Kebenaran Belum Diungkap

Berita Kota4266 Dilihat

KUPANG – Aksi damai yang digelar depan Mako Polda NTT oleh aliansi 42 ormas Kota Kupang, berlangsung selama empat jam. Berbagai orasi serta tuntutan dikumandangkan dalam aksi tersebut.

Pantauan kupangterkini.com, terdapat sebuah momen haru dan mengoyak hati setiap orang yang mendengarkan. Hal ini terekam jelas ketika seorang wanita dengan lantang dan penuh penghayatan membacakan sebuah puisi untuk Lael yang ditulis Pdt Dr Mery Kolimon.

‘’Mengguncang rasa, menutup paham apa yang telah terjadi, diselokan, tak jauh dari kota tubuh dua anak manusia terbungkus plastik sampah terciduk pekerja parit. Aroma busuk segera merebak, buah kejahatan tanpa ampun.

Ibu dan anak meregang nyawa ditangan dia yang pernah memandu kasih, mengucap janji berbagi esok. Kata – kata manis berbalut nista, dua nyawa pergi dalam cara yang keji.

Darah, darah dan airmata menuntut dari tanah. Mengapa kau lakukan laknatan, tak tersisakah sedikit rasa iba dan sayang.

Tak sanggup, tak sanggup kubayangkan saat akhir, terlalu pedih, terlalu pedih duka itu. Sikecil menatap pilu yang dipanggil ayah.

Ratap macam apakah diujung hidup, dia masih terlalu belia untuk paham rumitnya jalan cinta. Rahim mama tempat teraman bertumbuh menghadapi dunia yang pasti sangat tidak ramah.

Dalam dekapan mamakah ia pergi, mengucap selamat tinggal dunia dengan buru – buru. Belum juga genap belajar berjalan seperti bayi – bayi dibunuh Herodes, Lael pergi menjelang Natal.

Lael pergi, Lael pergi menjelang Natal. Bagaimana bisa kuucap rest in peace, selama kebenaran belum diungkap, selama keadilan belum diurai.

Jangan kita menutup mata, biar bathin kita tetap terbuka. Sampai nanti Sorgapun berkata, berbaringlah dalam damai Lael.

Selamat datang dirumah para malaikat, karena ceritamu dengan mama sudah genap. Berbaringlah dalam keadilan, berbaringlah dalam shalom.

Jika cerita itu belum utuh, tak sanggup kami berucap selamat jalan. Oh Lael, dunia pemilik semesta, beri kami hikmatmu. Bangun peradaban welas asih tak sekedar pukul dan bunuh.

Agar tubuh perempuan dan bayi terus dihormati sebagai rumahmu sendiri. Dalam diri ada citramu yang agung’’

Puisi yang dibacakan dengan penuh penghayatan serta derai air mata tersebut mampu mengheningkan massa aksi damai. Semuanya tampak tenang dan menghayati setiap kata yang diucap.

laporan : yandry imelson

Baca Juga :  Panglima TNI dan Kapolri Fokuskan Evakuasi Korban
Baca Juga :  Ira Ua Dihadirkan Sebagai Saksi, Wartawan Dilarang Meliput Sidang

Komentar