Dajjal 800 Miliar

Disway563 Dilihat

TIKA harus menelusuri ”jalan dajjal” itu selama hampir tiga jam. Minggu pagi kemarin.

Akhirnya Tika, wartawati kita, menemukan rumah pemuda bernama Bima itu. Yakni, yang TikTok-nya membuat seorang presiden sampai meninjau jalan rusak di pedalaman Lampung (Lihat Disway kemarin).

Bima menyebut Lampung itu provinsi Dajjal. Salah satunya terlihat dari hancurnya jalan di Lampung. Hancur abadi. Sudah puluhan tahun.

Dan saya minta Tika tetap beriman ketika harus menelusuri ”jalan dajjal” itu. Tika sebenarnya wartawan TV di grup Radar Lampung. Tapi tulisannya baik. Tika sendiri tinggal di desa Muji Rahayu, sekitar 55 km dari rumah Bima. Beda Kabupaten. Tika di Lampung Tengah. Itu pun bagian barat. Jauh di barat ruas jalan tol Lampung-Palembang.

Rumah Bima di Desa Ratna Daya, Kecamatan Raman Utara, Lampung Timur. Sudah dekat ke Taman Nasional Way Kambas.

Tiga jam berkendara, Tika dapat obatnya: di rumah itu ditemui ibunda Bima dengan hangat. Rumah Bima seperti rumah orang tua Tika: di kampung. Punya halaman. Di jalan antar kecamatan. Lantai rumahnya sudah keramik.

“Bima itu termasuk anak manja….,” ujar sang ibu. “Bima dekat sekali dengan saya,” tambahnyi. Pun kalau sang ibu tidak sedang di rumah Bima suka memanggil ibunya agar pulang.

Semula Tika disambut oleh kakak perempuan Bima: Anggun Spikiatul. Bima memang hanya dua-bersaudara dengan Anggun. Tika pun diminta masuk ruang tamu.

Sesaat kemudian sang ibu muncul di ruang tamu: Sringatun. Sedang ayah Bima, Juliman Rumbiono, pamit untuk pergi ke masjid: tiba saatnya salat duhur.

Tika pun ngobrol soal Bima dengan dua wanita itu.

“Kalau pulang ke kampung Bima jarang keluar rumah. Ia lebih sering di depan laptopnya,” ujar sang ibu. “Kalau pun keluar rumah paling ke masjid,” tambahnyi.

Ayah Bima selalu mengajarkan ke Bima untuk salat di masjid. “Laki-laki harus salat di masjid,” ujar sang ibu.

Di desa itu Bima menamatkan SD. Pintar. Selalu juara kelas. Olahraganya main pingpong. Pun berprestasi. Sampai meraih juara di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Provinsi Lampung. Bima lantas mewakili Lampung di kejuaraan nasional di Surabaya.

Itu tahun 2011 ketika Bima kelas 4 SD. Nama lengkapnya: Bima Yudho Saputro.

Orang tua memberi dukungan penuh Bima di pingpong. Sampai diikutkan pelatihan khusus di kota nan jauh: Bandar Lampung. Seminggu sekali, tiap Sabtu, Bima diantarkan ke Bandar Lampung: latihan khusus pingpong.

Baca Juga :  Zaytun Robin

Hobi tersebut terhenti saat Bima mulai masuk SMP. Sebenarnya ada SMP di kecamatan dekat Ratna Daya. Tapi sang ayah ingin Bima mendapatkan mutu SMP yang lebih baik. Maka Bima dimasukkan SMP di Kota Metro. Lebih 35 km dari desanya. Kalau naik motor bisa lebih 1 jam.

Di SMPN 1 Metro Bima fokus ke pelajaran. Bima ingin bisa masuk SMAN di kota itu juga. Ia tinggalkan pingpong. Beginilah perjalanan prestasi olahraga anak muda di Indonesia. Begitu banyak penyebab untuk tidak bisa melanjutkannya.

Bima pun bisa diterima di SMAN 1 Metro. Ia tetap kos di kota itu. Seminggu dua kali orang tuanya menengok Bima ke tempat kosnya. Tahun 2018 Bima lulus SMA.

Bima sebenarnya diterima di banyak universitas terkemuka. Tanpa tes. Misalnya di Universitas Sriwijaya Palembang, UNS Solo dan Unair Surabaya. Tapi Bima ingin kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM). Atau di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bima gagal masuk UGM dan ITB. Tapi ia tetap tinggal di Bandung: kursus bahasa Inggris. Selama 8 bulan. Dari situ Bima ingin kuliah di Malaysia. Ia diterima di diploma 3 jurusan IT UCMI Kuala Lumpur. Berhasil lulus dalam waktu 2,5 tahun. Di tengah pandemi Covid-19.

Sambil menunggu wisuda, Bima pulang kampung. Ia dua bulan di kampung. Lalu dapat panggilan berangkat ke Sydney, Australia. Ia tidak sempat menghadiri wisudanya di Kuala Lumpur.

Rupanya dua bulan di kampung itulah Bima sumpek. Ia sudah 2,5 tahun terbiasa hidup di Kuala Lumpur. Nyaman. Tertata. Indah. Lalu melihat daerahnya lagi masih seperti yang dulu. Bahkan lebih parah.

Dua bulan di kampung itulah Bima menemukan ”dajjal” Lampung. Ketika kelak ia membuat TikTok ia unggahan jalan rusak itu. Ia perlihatkan di video.

Judul utama TikTok itu sendiri: Alasan Kenapa Lampung Gak Maju-Maju. Judul itu ia tampilkan di layar laptop. Ia duduk di belakang laptop itu: bicara. Bajunya hem kembang warna hitam. Rambutnya ikal. Rambut itu dibiarkan agak panjang dan tidak disisir. Cewek yang melihat rambut itu bisa gemes: ingin membantu menyisirnya. Atau menjambaknya.

Baca Juga :  Ibu Anak

Wajahnya bersih. Bicaranya sudah beraksen Inggris.

Lalu Bima memperkenalkan nama dan asalnya: ”dari provinsi Dajjal ini”. Nada bicaranya provokatif dengan gerak dua tangannya yang aktif. Ia terlihat begitu jengkel melihat daerah kelahirannya.

Bahasan pertama Bima: infrastruktur Lampung yang terbatas. Banyak proyek yang mangkrak. Contohnya Kota Baru. Banyak bangunan di situ yang terbengkalai.

Sebagai orang yang sering ke Lampung saya juga bertanya-tanya setiap melewati Kota Baru itu. Inilah kota yang menurut rencana menjadi ibu kota baru provinsi Lampung.

Yang memutuskan pindah ibu kota ini adalah gubernur Lampung yang saya sudah lupa siapa. Ia bangun kantor gubernur tiga lantai. Ia bangun kantor DPRD provinsi yang juga megah. Ia bangun rumah sakit.

Gubernur pun berganti. Gubernur baru tidak mau pindah ke Kota Baru. Bangunan kantor gubernur pun tidak ditempati. Kaca-kacanya sudah banyak yang pecah.

Gedung DPRD-nya lebih parah lagi. Baru ada struktur dan atap. Belum ada lainnya. Kini kondisinya seperti kerangka bangunan yang kusam telantar.

Hanya ada rumah sakit yang berfungsi. Tipe C.

Sebenarnya sudah dibangun pula jalan kembar menuju Kota Baru itu. Lebar-lebar. Jalan itu pun kini sudah rusak berat.

Gubernur yang baru berikutnya lagi juga tidak mau melanjutkan Kota Baru. Pun gubernur yang sekarang.

Inilah ibu kota baru yang dibangun dengan gegap gempita lalu ditinggalkan merana begitu saja.

Bima tidak menguraikan sejauh itu. Tapi ia sebut sejak ia masih SD juga seperti itu. Lalu ia membahas jalan-jalan yang rusak.

Tema kedua TikTok Bima adalah pendidikan. Begitu banyak orang pintar lahir di Lampung. Yang jadi menteri saja banyak. Termasuk Sri Mulyani. Tapi sistem penerimaan mahasiswanya penuh permainan dan korupsi. Birokrasi tidak efisien dan tata kelola tidak baik.

Bahasan terakhirnya: ketergantungan pada sektor pertanian. Yang harganya begitu fluktuatif.

Begitulah. Yang Bima bahas sebenarnya hanya kulit-kulit. Khas medsos yang hanya bisa pendek: 3 menit. Itu pun sudah menggemparkan Indonesia.

Saya tidak bisa menilai TikTok itu dibuat di mana. Lihatlah plafon ruangan itu. Rasanya plafon model Indonesia. Mungkin plafon model Ratna Daya. Tapi kok ada alat penutup pintunya. “Saya melihat banyak TikTok Bima. Saya perhatikan tanggalnya. Pasti dibuat di Australia,” ujar Tika.

Di Australia, Bima juga mengambil program diploma: D-1 media komunikasi. Sudah selesai. Bima kini lagi magang di sana. Jangan-jangan TikTok itu bagian dari proses magangnya.

Baca Juga :  Delapan Tahun

Menurut obrolan Tika dengan sang ibu, Bima sebenarnya diterima juga di salah satu universitas di Jerman. Tapi harus menunjukkan punya deposito Rp 500 juta. “Kami tidak sanggup. Bima akhirnya memilih ke Australia,” ujar Sang ibu.

Setelah magang itu Bima masih berniat terus di Australia. Ia ingin masuk S-1 di sana. Ia masih berusaha. Termasuk sempat ikut kerja di IKEA di sana.

Minggu depan Bima genap 1 tahun tinggal di Australia. Selama di sana, ia rutin berkomunikasi dengan sang ibu. Hampir setiap hari. “Bahkan bisa sehari dua kali,” tuturnyi.

Tentu kedua orang tua Bima sempat merasa ketakutan. Namun setelah mendapat dukungan pembelaan dari masyarakat luas, kekhawatirannya berkurang. Mereka pun bisa melanjutkan kegiatan sehari-hari.

Ayah Bima adalah pegawai negeri. Tugasnya di Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan. Di Kabupaten Lampung Timur. Sedang sang ibu seorang wiraswasta yang bergerak di bidang hasil bumi.

Sang ayah, Juliman Rumbiono, mengaku sempat dipanggil atasan. Yakni setelah video kritikan putranya viral di media sosial.

Awalnya ia dipanggil ke rumah bupati. Namun pelaksanaannya di rumah wakil bupati. Di situlah sang ayah sempat meminta maaf kepada gubernur Lampung. Melalui telepon. Ia takut sekali.

Apa kata gubernur?

“Kata beliau, oke kamu saya maafkan, tapi masalah ini tetap berjalan,” gitu katanya. Waktu itu seorang pengacara di Bandar Lampung memang mengadukan Bima ke polisi. Tapi pengaduan itu belakangan dicabut.

Seandainya tidak dicabut pun sang ayah tidak begitu takut lagi. “Setelah banyak dukungan kami merasa tenang ,” katanya.

Sang ayah memang punya prinsip soal kejujuran. Ia selalu berpesan kepada putranya untuk berani dan jujur. “Jangan takut dengan kejujuran walaupun kamu sendirian,” pesannya kepada anaknya seperti ditirukan di depan Tika.

Alhasil, TikTok Bima itu sangat istimewa. TikTok itu menghasilkan uang Rp 800 miliar. Itulah anggaran yang disediakan pemerintah pusat untuk memperbaiki 15 ruas jalan rusak di pedalaman Lampung.

“Alhamdulillah…” ucap sang ayah melihat hasil nyata karya anaknya itu. (*)

Oleh: Dahlan Iskan

Komentar