Kekerasan Terhadap Perempuan Masih Tinggi

Berita Kota1030 Dilihat

KUPANG – Setiap tahun, dunia memperingati hari anti kekerasan terhadap perempuan pada 25 November dan dilanjutkan dengan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan selama 16 hari hingga 10 Desember. Namun, kekerasan terhadap perempuan baik psikis maupun fisik masih sering kita temui saat ini.

Mengomentari hal tersebut, ketua lembaga perlindungan anak (LPA) NTT sekaligus aktivis perempuan, Veronika Ata menyatakan bahwa dicanangkannya hari anti kekerasan terhadap perempuan ini sangat berkaitan erat dengan kondisi dan fakta saat ini. “Dimana kekerasan terhadap perempuan maupun anak mengalami peningkatan yang tajam baik secara kuantitas ataupun kualitas,” ucapnya kepada kupangterkini.com Rabu (7/12/22).

Perempuan sering mendapatkan kekerasan, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, trafficking dan berbagai macam eksploitasi lainnya. “Menurut saya sangat ironis ketika setiap tahun dunia memperingati hari kekerasan terhadap perempuan, namun setiap tahun kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin tinggi,” ungkapnya.

Bahkan, Veronika melanjutkan bahwa beberapa kasus kekerasan terhadap perempuan hingga menelan korban jiwa. “Sebagai contoh, kasus kekerasan seksual di TTS pada bulan yang lalu, seorang anak remaja mengalami kekerasan seksual lalu dibunuh dan hal ini sangat ironis,” sesalnya.

Ia menuturkan bahwa memang banyak kasus yang dilaporkan dan diungkap, namun banyak juga kasus yang tidak terlapor. “Dengan alasan ini adalah internal keluarga dan sering merasa malu bahwa ini adalah aib keluarga, atau takut karena diancam dan alasan lain – lain,” tambahnya.

Menurut Veronika, kekerasan – kekerasan yang dialami perempuan dan anak ini harus menjadi perhatian bersama agar kasus kekerasan perempuan dan anak dapat dihentikan. “Untuk itu, mari kita bersama – sama melakukan kampanye dan edukasi terhadap masyarakat dan juga punya kesadaran untuk bisa menghentikan hal ini, mari kita membangun komunikasi yang baik, membangun keluarga, membangun komunitas, membangun masyarakat yang ramah terhadap perempuan dan anak, kita membangun kedamaian dan saling menghargai baik laki – laki maupun perempuan,” himbaunya.

Untuk itu, ia menekankan agar semua pihak yang mengalami dan menyaksikan serta mengetahui kekerasan terhadap perempuan dan anak harus berani untuk mengungkap dan berani untuk melapor. “Karena itu sebagai wujud kepedulian kita terhadap sesama, terhadap anggota keluarga kita dan terhadap orang – orang yang kita cintai,” tandasnya.

laporan : yandry imelson

Baca Juga :  Unggul Telak, Ketua Bappilu Sebut PDI Masih Pimpinan DPRD Provinsi NTT
Baca Juga :  Himbauan Kepada Jemaat, Sinode GMIT Keluarkan Surat Gembala

Komentar