Doa Wadas

Disway929 Dilihat

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Protes Omicron

KenAlog
Susahnya karena ternyata, kata ringan itu bisa diartikan banyak macam, yang malah membuat orang menganggap sepele. Orang jadinya anggap kalo kena Omicron, pasti ringan, pasti gak mati, apalagi udah booster. Itu keliru. ‘Ringan’nya Omicron itu maksudnya: 1. Angka kematian lebih kecil dari Delta –> tapi tetap ada yg mati. 2. Angka masuk RSnya lebih kecil dari Delta –> tapi tetap ada yg harus masuk RS. 3. Proporsi antara Tanpa Gejala – Gejala Ringan – Gejala Sedang – Gejala Berat – Kritis (dari kiri ke kanan) itu lebih banyak ke kiri dibanding Delta –> tapi tetep ada yang bergejala sedang bahkan berat.
Yang jadi masalah, angka penyebaran/penularan Omicron itu bisa 3x dibanding Delta. Itu artinya, PELUANG kita tertular juga lebih tinggi. Apalagi proporsi orang yang tidak menjaga Prokes juga makin banyak.

pasar kojo
Puji Tuhan, setelah kena Delta Januari terus suntik 3 kali, sampai saat ini masih belum merasakan gejala sakit lagi. Tips saya adalah rubah gaya hidup. 1. Tidur malam min 6 jam sehari (sbelum jam 22) 2. Minum Kopi sebelum jam 15.00 biar bisa jalankan poin 1 3. sepedaan muter kampung min 15 menitpagi dan sore 4. makan 1: jam 11, makan 2 : jam 15.00 makan 3: jam 19 malah kadang cukup dua kali makan-maklum penderita diabet 5. rutin menambah imun sama istri 5 /7 malah kadang kadang bisa 7/7. 6. rajin bantu pekerjaan istri, korah-korah , nyuci baju, nyapu-nyapu pokoknya kalo di rumah diusahakan
gerak terus. diam kalo lagii nonto Persebaya main. sudah berjalan 3 bulanan efeknya berat badan turun 5 kilo, tensi 130-an, lebih sehat lah. pokoknya optimis ketemu omikron. pasti menang!!(baca : tetapsehat) salam

Baca Juga :  Yourway Myway

Leong Putu
Kulihat kucing melompat tembok Temboknya roboh kucinngnya mati Sungguh kucing yang malang Bersyukur saya jauh dari tembok itu

Aryo Mbediun
Omicron dan pencalegan itu ternyata punya kesamaan. Sama2 tak bisa di logika. Hanya hati tenang yg bisa mengatasinya. Hati tenang itu sumbernya ingat Tuhan dan punya duit. Kalau pemerintah tenang itu artinya masih ada anggaran. Wes ngunu wae. #salam waras

Eko Prasetyo
Assalamualaikum.. Semangat pagiii… Beberapa waktu lalu, tepatnya akhir tahun tanggal 30-31 Desember 2021, kebetulan saya di rumah sendirian. Istri dan anak-anak sedang liburan dikampung. Saya gak bisa cuti akhir tahun. Saya mengalami gejala mirip seperti yang dialami ibu Iif Turiah. Cairan ingus keluar dari hidung meluncur dengan bebas tanpa bisa dicegah. Seperti air mengalir. Bening. Badan agak meriang tapi tidak demam, kepala agak pening pengenya rebahan dan tenggorokan tidak sakit. Nafas normal, tidak sesak. Seperti flu tapi tidak terasa kena flu. Habis tisu satu pak. Pakai masker dengan dilapisi tisu. Kalau sudah basah, buang. Ganti tisu lagi. Begitu seterusnya. Obatnya, saya minum vitamin, antibiotik dan obat flu. Banyak minum air putih hangat. Alhamdulillah.. besoknya sudah tidak keluar ingus lagi. Mampet. Sempat terlintas pikiran apakah saya terkena omricon..? Tapi berusaha
saya tepis pikiran itu. Selama gejala itu bisa aktifitas seperti biasa. Nafsu makan juga normal. Tapi tetepgak bisa makan dengan nyaman. Karena saya sedang sakit gigi plus sariawan. Lengkap sudah penderitaanku. Bener kata Meggy Z, “lebih baik sakit hati daripada sakit gigi”.

Baca Juga :  Salam Baru

Disway Reader
Saya relawan uji klinis Sinovac Juga uji klinis booster Saya ikut di klinik Unpad Dan tidak pernah terpapar Covid

Mbah Mars
Banyak gaya banyak biaya: Wajar Banyak gaya tidak punya biaya: ngutang. Biaya hidup ngepas Gaya hidup ngegas Modal cekak Gaya puncak

Johan
Pandemi Covid19 yang sudah berlangsung selama dua tahun, menghadirkan banyak kesulitan, banyak tekanan, terhadap saya pribadi, padahal saya merasa sudah tidak banyak gaya. Karena ada joke lama yang mengatakan : “Menurut Hukum Fisika, tekanan berbanding lurus dengan gaya, jadi jika hidupmu banyak tekanan, berarti kamu banyak gaya.” Joke ini tidak salah, tapi hukum fisika nya perlu dilengkapi lagi. Ini pelajaran sekolah menengah. Dalam fisika rumus tekanan adalah : P = F/A Tekanan = Gaya/Area Rumus tersebut bisa dijelaskan begini : Besarnya Tekanan berbanding lurus dengan Gaya, tapi berbanding terbalik dengan Area. Jadi besarnya tekanan tidak hanya tergantung dari gaya, tapi area
juga menentukan. Dengan besaran gaya yang sama atau konstan, besar tekanan lebih kecil di area lebih besar, tapi akan lebih besar di area yang lebih kecil. Jika di aplikasikan pada persoalan besarnya tekanan hidup seseorang, perlu diperhatikan “Area” dari seseorang tersebut. “Area” dalam hal ini bisa diartikan sebagai : Kekayaan, kekuasaan, popularitas, relasi, dan wawasan. Contohnya : – Pak DI berutang 10 Milyar. – Si Johan berutang 10 Milyar. Perhatikan kesamaannya, berutang 10 Milyar. Ada sebuah aksi atau “Gaya” yang mengakibatkan keduanya punya utang segitu. Tapi “Tekanan” yang dirasakan antara Pak DI dengan Si Johan jauh berbeda, disebabkan perbedaan “Area” yang jauh juga. – Kekayaan dan Relasi (Area) Pak DI = Besar. – Kekayaan dan Relasi (Area) Si Johan = Kecil. Jadi hasilnya : Ada dua orang berutang sepuluh milyar, Di saat yang sama tapi berbeda tempat. Pak DI masih bisa tersenyum baca komentar, Si Johan ke puncak Monas siap melompat. (Menyerupai Pantun, tapi bukan)

Baca Juga :  Natal Pure

Kalila Kalista
Kesimpulannya : kena omicron gejala ringan = goblok , kena omicron gejala berat = pintar , kena omicron gejala sedang = pintar2 goblok

Komentar