KUPANG – Insiden handphone meleduk milik penumpang pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 639 rute Kupang – Surabaya panik. Akibatnya, terjadi keterlambatan penerbangan rute Kupang – Surabaya serta Surabaya – Jakarta.
Coorporate Communications Strategic Of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro menjelaskan bahwa kejadian berawal setelah para penumpang telah duduk dan pesawat didorong mundur bersiap menuju landas pacu.
“Berdasarkan laporan awal, salah satu penumpang pada kursi 9D mengaku ponselnya mengeluarkan asap yang kemudian ponsel tersebut dibuang ke lantai kabin kemudian salah satu penumpang yang duduk di bagian jendela darurat bagian kiri membuka jendela tersebut,” jelasnya kepada kupangterkini.com Minggu (26/2/23).
Setelah mengetahui kejadian tersebut, senior awak kabin segera menghubungi pilot dalam upaya memastikan keamanan dan keselamatan penerbangan.
“Pilot kemudian mengambil keputusan menghentikan pergerakan pesawat dan memutuskan kembali ke area parkir,” tambahnya.
Atas kondisi tersebut, para penumpang yang berjumlah 163 orang diarahkan diarahkan turun dari pesawat dan kembali ke ruang tunggu dan tidak ada korban luka dalam kejadian ini.
“Tim investigasi dari otoritas penerbangan sipil Indonesia dan Lion Air sedang melakukan proses penyelidikan guna mengetahui penyebab pasti terjadinya insiden ini.
Saat ini, handphone tersebut dalam tahap pemeriksaan oleh tim ahli untuk menentukan sesuai standar keamanan yang ditetapkan oleh regulator penerbangan.
Lion Air sebagai maskapai yang berkomitmen terhadap keselamatan penumpang, tidak akan berspekulasi mengenai penyebab terbakarnya handphone di pesawat hingga proses penyelidikan sesuai dengan regulasi penerbangan selesai dilakukan. Pengecekan pesawat dan investigasi tidak dapat dijalankan secara cepat dan instan,” tandas Danang.
Untuk operasional di bandara saat ini berjalan telah normal, pesawat Lion Air yang mengalami penundaan sudah dalam kondisi normal dan telah terbang ke surabaya. Penumpang pun saat ini telah boarding dengan pesawat pengganti.
laporan : yandry imelson
Komentar